BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Gigi goyang adalah salah satu penyakit periodontal
yang ditandai dengan hilangnya perlekatan secara vertical atau horizontal. Gusi
bengkak adalah reaksi peradangan dari ginggiva oleh kolonisasi bakteri pada
permukaan gigi dan invasi yang menyangkut mikroorganisme ke dalam sulkus
gingiva.3
Kegoyangan gigi
dibedakan menjadi :
·
Derajat 1 : Kegoyangan yang sedikit lebih besar daripada normal
·
Derajat 2 : Kegoyangan gigi sekitar dari 1 mm
·
Derajat 3 : Kegoyangan gigi lebih besar dari 1 mm pada segala arah dan
atau gigi dapat ditekan ke arah apikal. 4
2.2
Prosedur Penegakan Diagnosa
Untuk
menegakkan diagnose suatu kasus maka diperlukan beberapa pemeriksaan. Hasil
pemeriksaan yang terrdapat dalam scenario, yaitu :
4
a.
Pemeriksaan subjektif (anamnesa)
·
Andi Besse, 55 tahun
·
Gigi goyang disertai dengan pembengkakan pada
gusi
·
Dialami 3 hari yang lalu
·
BB menurun lebih 15 kg
·
Badan lemah, meskipun nafsu makan baik
·
Sering buang air kecil dan haus
b.
Pemriksaan objektif
·
Intraoral :
gusi regio RB kanan bengkak disertai gigi 44, 45, 46, 47 goyang dan mudah
berdarah bila disentuh
·
Ekstraoral :pemeriksaan
ekstraoral meliputi pemeriksaan kelenjar limfe, kesemetrisan wajah, postur tubuh. Hasil pemeriksaan ekstraoral tidak dijelaskan dalam skenario. Namun kemungkinan
penderita memiliki
c.
Pemeriksaan penunjang
Dalam skenario tidak disebutkan hasil
pemeriksaan penunjang. Namun dalam hal ini sangat diperlukan pemeriksaan ronsen
foto panoramik untuk mengetahuai bagaimana perluasaan dari kerusakan jaringan
periodontal pasien sehingga menyebabkan gigi goyang dan gusi bengkak.
Pemeriksaan penunjang lain yang juga dibutuhkan pada kasus ini adalah tes
laboratorium yaitu pemeriksaan darah dan urin. Pemerisaan darah untuk memastikan pengaruh faktor sistemik.
2.3 Diagnosa
Berdasarkan hasil pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, maka
diagnose untuk kasus ini adalah periodontitis manifestasi penyakit sistemik,
yaitu diabetes mellitus tipe 2. Diabetes Melitus tipe 2 merupakan jenis
diabetes yang paling sering diderita dan sering terjadi pada usia 40 tahun yang
disebabkan karena menurunnya respon insulin terhadap organ atau disebut juga
dengan insulin resisten Penyakit diabetes mellitus ini memiliki tanda dan
gejala yang sama sesuai scenario, diantaranya :2,5,6
a.
Gejala khas
·
Poliuria (banyak berkemih)
·
Polidipsi (banyak minum)
·
Polifagia (banyak makan)
·
Keadaan
umum lemah, kehilangan berat badan
b.
Manifestasi oral
·
Aliran
saliva berkurang sehingga mulut kering
·
Kadang-kadang,
mukosa mulut terasa nyeri bila ditekan atau terasa seperti terbakar
·
Penyakit
periodontal semakin berat, kerusakan jaringan periodontal semakin cepat terjadi
sehingga gigi goyang dan timbul rasa sakit
·
Pembengkakan
gingiva, gusi dapat menjadi hipertrofik, mudah berdarah, terbentuk poket
·
Glositis
·
Kandiasis
mulut
·
Frekuensi
karies meningkat
c.
Gambaran
radiografi
Pemeriksaan
radiografi yang digunakan adalah radiografi panoramik. Gambaran radiografi
panoramik dari penderita diabetes mellitus adalah adanya gambaran radiolusensu
yang menunjukkan destruksi tulang alveolar yang parah dan menyeluruh.
2.4 Faktor Resiko
Berdasarkan
diagnosa, faktor resikonya terbagi menjadi dua, yaitu :5
a.
Sistemik
Faktor
sistemik yang berperan dalam skenario adalah penyakit sistemik yaitu diabetes
mellitus tipe 2. Dimana diabetes mellitus tipe 2 dipengaruhi oleh keturunan
atau genetik, kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak
sehat, obesitas dan usia.
b. Lokal
Faktor
lokal yang mempengaruhi adalah plak dan kalkulus yang mengiritasi gingiva sehingga
menyebabkan terjadinya inflamasi. Peradangan yang meluas ke jaringan
periodontal lain yang berada di bawah gingiva menunjukkan terjadinya
periodontitis. Periodontitis disebabkan oleh bakteri gram negatif anaerob.
2.5 Patomekanisme
Gigi Goyang dan Gusi Bengkak berdasarkan Faktor
Resiko
Terjadinya
Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit endokrin
yg timbul akibat kekurangan insulin relatif atau atau absolute. Pada DM terjadi
defisiensi insulin menyebabkan hambatan transport asam amino kedalam sel serta
hambatan pengabungan asam amino menjadi molekul protein. Sehingga terjadi
penurunan sinteis protein dan sintesis albumin. Albumin yang brperan dalam
menentukan tekanan osmotik plasma darah kira kira 75%-80% plasma manusia. Salah
satu gejala terjadinya hypoalbuminemia yaitu terjadinya edema. Edema secara
histologi ditandai dengan adanya pelebaran ruang antara komponen jaringan ikat
akibat bertambahnya jumlah cairan. Yang kita ketahui bahwa didalam gingiva
tersusun atas jaringan ikat juga. Dalam
jaringan ikat terdapat serat kolagen.
Terjadi penguraian serat kolagen oleh enzim kolagenase sehingga
ligamentum periodontal rusak dan gigi menjadi goyah.
Hal yang mempengaruh
pembengkakan dan kegoyangan gigi hanya terjadi pada satu regio dapat dipengaruh
oleh kebiasaan seseorang mengunyah pada salah satu sisi sehingga self cleansing
yakni saliva hanya bekerja maksimal pada sisi yang sering mengunyah . sehingga
pada sisi yang jarang digunakakn dapat terbentuk plak dan kalkulus
7
2.6 Pengaruh Usia dan Kesehatan Mulut terhadap
Gejala yang Dirasakan Pasien
Diketahui bahwa seseorang dengan gejala diabetes
melitus yaitu polidipsi, poliuria , polifagia hal ini terkaitan dengan penyakit
endokrin berkaitan dengan defisiensi insulin.. Diketahui pada Pangkalansusu
terdapat 4 sel endokrin yakni , sel alfa yang memproduksi hormon glukagon, sel
beta dengan banyak granula yang berdekatan membran selnya yg berisi insulin.
Sel D memproduksi smatostatin dan sel PP memproduksi pankreas polypeptide
Ketika usia terus bertambah tua, terjadi proses
penuaan akibat proses penuaan ya terjadi penyusutan sel-sel beta yang progresif serta penumpukan
amiloid di sekitarnya sel-sel beta tersebut masih dapat menskeresikan insulin
tetapi semakin berkurang yang semestinya setiap hari menskeresikan 2mg= 50UI
insulin tetapi karena terjadi penyusutan maka sekresi dibawah angka normal.6
2.7 Hal-Hal yang Perlu dilakukan Sebelum
Melakukan Perawatan
Diabetes
mellitus adalah sindrom yang ditandai oleh perubahan
dari metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid dan disebabkan oleh kelainan sekresi
dan efek insulin.
Dokter gigi harus sangat
berhati-hati sebelm melakukan
operasi pada pasien diabetes,
seperti:8
·
Screening
Test
Tes glukosa darah terakhir
sangat
penting. Tes ini dapat
dilakukan di tempat praktek sebelum operasi menggunakan glucometer. Mengambil Setetes
darah kapiler dari ujung jari
ditempatkan pada
striptest
setelah penusukan
dengan perangkat lancing khusus, dan dalam 1 menit nilai numerik muncul pada layar.
·
Penjadwalan Waktu
Operasi
Untuk menghindari risiko reaksi hipoglikemik (insulin
shock), maka Perawatan
sebaiknya dilakukan di pagi hari, 1-1,5 Jam
setelah
sarapan (perlu
dicatat puncak insulin
di sore hari). Dengan cara ini, pasien datang tempat
praktek untuk beristirahat dan tanpa stres.
·
Diet
Pola
makan pasien diabetes tidak boleh berubah sebelum atau setelah prosedur perawatan. Sebelum operasi, dan
khususnya setelah itu, pasien sering
melalaikan makan atau mereka tidak bisa karena rasa sakit dan perdarahan,
dengan hipoglikemia yang dihasilkan.
·
Rekomendasi pascaoperasi
Pasien dengan diabetes terkontrol tidak memerlukan pra operasi atau
antibiotik
profilaksis pasca operasi. orang-orang harus diperlakukan dengan cara yang sama seperti pasien non-diabetes
·
Keberadaan Infeksi Sebelum Bedah
Semua infeksi
Terutama pasien dengan demam dan bernanah,
dengan merangsang
pembebasan catecholamine dan
glukagon dianggap faktor risiko hiperglikemia dan
harus
dirawat secepat mungkin. Antibiotik
diberikan
dalam kasus abses dentoalveolar
akut, prosedur insisi
dan
diikuti
drainase.
·
Pemberian Anestesi lokal
Anestesi lokal harus diberikan dengan hati-hati, karena dari vasokonstriksi itu,
konsentrasi yang harus minimal. Adrenalin, yang merupakan salah
satu yang paling sering
digunakan vasokonstriktor, menyebabkan glikogenolisis,
sehingga berinteraksi dengan
insulin. Noradrenalin memiliki efek glycogenolytic yang kurang dibandingkan dengan adrenalin, dan sehingga lebih digunakan
pada penderita
diabetes.
·
Pemberian Obat Lain
Analgesik ringan dan
sedatif yang mengandung acetaminophen
(Tylenol) digunakan. Kortikosteroid harus dihindari karena adanya
Aksi glycogenolytic, seperti
salisilat (aspirin),
karena potensiasi aksi
hipoglikemik dari tablet antidiabetic. Pemberian anxiolytic dianjurkan sore dan
pagi sebelum prosedur bedah.
·
Dental Office Supplies
Untuk pengobatan darurat
Situasi seperti hiperglikemia
atau hipoglikemia,insulin, gula atau larutan glukosa, larutan garam, glukosa, dll harus tersedia
di kantor gigi.
Hipoglikemia
diabetes yang
paling penting, menyajikan
ketika tingkat glukosa darah di
bawah 55 mg/100 ml. Tampaknya cepat dan ditandai oleh rasa lapar, kesusahan, kelelahan, berkeringat, vertigo, gemetar, pucat,
perasaan cemas, sakit kepala, kebingungan mental,
paresthesia, diplopia dan visi kabur
atau menurun,
kejang dan gangguan neurologis. Kasus
yang lebih parah, keringat yang berlebihan, hipertensi otot, kejang lokal atau umum, dan akhirnya,
hilangnya kesadaran, koma, dan kematian yang diamati. Hiperglikemia diabetes berkembang
perlahan-lahan, diamati
lebih jarang dan kurang
berbahaya daripada hipoglikemia.
Hal ini ditandai
dengan kelemahan,
sakit kepala, mual, muntah, diare,
erostomia, dehidrasi, dyspnea,
dan, akhirnya, lesu mengakibatkan
koma
2.8 Perawatan
Perawatan
yang dapat dilakukan terbagi menjadi dua, yaitu :
a.
Perawatan sistemik
Perawatan
sistemik ini meliputi : 5,6
·
Diet
Pokok
pangkal penangan diabetes adalah makan dengan bijaksana. Semua pasien selalu
harus mengawali diet dengan pembatasan kalori, terlebih-lebih pada pasien
dengan overweigth (tipe-2). Makanan
perlu dipilih secara seksama dengan memperhatikan pembatasan lemak total, lemak
trans dan lemak jenuh untuk mencapai normalisasi kadar glukoa dan lipida darah.
·
Olahraga
Bila
terdapat resistensi insulin, gerak badan secara teratur dapat menguranginya.
Hasilnya insulin dapat dipergunakan secara lebih baik oleh sel tubuh dan
dosisnya pada umumnya dapat diturunkan.
·
Obat-Obatan
Dengan
dilakukan scalling dan perawatan akar gigi dikombinasikan dengan pengobatan
doksisiklin sistemik selama dua minggu, penderita DM Tipe 1 (DM tergantung
insulin), yang diperbaiki kesehatan periodontalnya akan membaik kontrol
glikeminya.
Antidiabetica
Oral
Antidiabetica
oral kini dapat dibagi dalam enam kelompok besar, sebagai berikut :
-
Sulfonilurea
antara lain: Tolbutamida, Chlorpropamida,
Glibenklamida, Gliklazida, Glipizida, Glikidon, dan Glimepirida. Sulfoniurea menstimulasi sel-sel beta dari Langerhan,
sehingga sekresi insulin ditingkatkan. Obat ini hanya efektif pada penderita DM
tipe 2 yang tidak begitu berat, yang sel- sel betanya masih bekerja cukup baik.
-
Kalium-Channel
blockers antara lain: Repaglinida
dan Nateglinida. Senyawa ini sama
mekanisme kerjanya dengan Sulfonilurea,
hanya pengikatannya terjadi di tempat lain dan kerjanya lebih singkat.
-
Biguanida
: Obat ini tidak menstimulasi pelepasan insulin dan tidak menurunkan gula darah
pada orang sehat.Zat ini juga menekan nafsu makan.
-
Glukosidase terdiri dari : akarbose dan miglitol.
Zat – zat ini bekerja atas dasar
persaingan merintangi enzim alfa glukosidase
di mukosa duodenum sehingga reaksi penguraian polisakarida menjadi monosakarida
menjadi terhambat. Dengan demikian, glukosa dilepaskan lebih lambat dan
absorpsinya ke dalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga
puncak kadar gula darah dihindarkan.
Bila terapi kombinasi ini belum juga menghasilkan efek pada dasarnya
perlu ditambahkan insulin atau diganti seluruhnya dengan insulin.
b.
Perawatan dental
Dapat
dilakukan dalam beberapa dengan beberapa tahap perawatan , yaitu: 1
-
Perawatan bedah untuk menghilangkan
inflamasi dan memperbaiki defek jaringan.
-
Scalling
dan root planning untuk menghilangkan
plak dan kalkulus subgingiva. Tujuan utama tindakan ini adalah untuk
memperbaiki kesehatan gingiva dengan cara menghilangkan faktor yang menimbulkan
keradangan dari permukaan gigi.
-
Perawatan periodontal untuk merangsang
terjadinya regenerasi jaringan dapat dilakukan dengan cara pembersihan defek
dengan kuretase saja, atau disertai bone grafting dan guided tissue regeneration yang dilakukan secara bedah.
-
Pada kasus yang disertai dengan
banyaknya tulang alveolar yang hilang, maka dapat dilakukan bone grafting atau
dengan menggunakan bahan Guided Tissue Regeneration
(GTR). Tujuan dari bone grafting
adalah mengurangi kedalaman poket periodontal, peningkatan pelekatan secara
klinik, pengisian tulang di daerah defek dan regenerasi dari tulang baru.
-
Stabilisasi kegoyangan gigi.
Stabilisasi kegoyangan gigi yang
dilakukan adaah splinting. Splinting
sementara untuk stabilisasi gigi goyang sebelum dan selama terapi periodontal
dengan tujuan untuk mengurangi trauma pada waktu perawatan dan mempercepat
proses penyembuhan. Splint semi permanen dan permanen dapat digunakan pada gigi
dengan kegoyangan berat yang dapat mengganggu pengunyahan setelah terapi
periodontal. Splint ini digunakan sebelum, selama dan sesudah terapi
periodontal.
Perawatan yang dilakukan tetap
harus mempertimbangkan kadar glukosa darah pasien diabetes ini karena nanti
dapat berpengaruhi penyembuhan yakni dalam pembekuan darah.
2.9 Prognosis
Prognosis baik unuk diabetes mellitus yang terkontrol dan oral hygien yang baik.
Porgnosis buruk untuk diabetes yang tidak terkontrol yang akan menyebabkan
komplikasi antara lain sindrom
hiperosmolar hiperhlikemik non ketotik , retinopati, nefropati diabetik,
neuropatik diabetic, percepatan terjadinya artherosklerosis serta terjadi kerusakankolagen yang berdampak pada
goyah gigi akibat kehilangan hubungan prosesus alveolaris.7
2.10 Pencegahan
Pencegahan
untuk pasien penderita periodontitis manifestasi diabetes mellitus yaitu :
9
·
membatasi penggunaan makanan yang
terlalu manis. Penggunaan alcohol (bukan alcohol yang bearti substansi yang
memabokkan) seperti sorbitol, mannitol, disamping berguna untuk mencegah karies
gigi juga menimbulkan respon glikemik rendah. Makanan yang mengandung sorbitol
terbatas di konsumsi sampai dengan 5 gram, atau senilai dengan 20 kalori dalam
sehari
·
membatasi konsumsi sumber lemak, antara
lain dengan tidak sering makan direstoran, karena lemak mengakibatkan
atherosclerosis. Perlu juga dikurangi makan telur, keju, kepiting, udang,
kerang, cumi, susu dan santan karena banyak mengandung kolesterol. Kelebihan
lemak dan kolesterol dapat memperberat DM
·
membudayakan makan sayur dan buah setiap
hari. Agar dibatasi konsumsi wortel mengingat kandungan gula di dalamnya.
Konsumsi sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral, juga serat dan air,
berpotensi membersihkan permukaan gigi secara mekanis, sehingga mengurangi
penimbunan bakteri pada permukaan gigi.
·
mencegah kegemukan/obesitas. Usahakan
agar indeks massa tubuh (IMT) <25. IMT = berat badan (kg)/ tinggi badan (m)
·
berhenti merokok. Kebiasaan merokok akan
memperberat DM dengan akibat kematian premature
·
mencegah mengkonsumsi garam (natrium=Na
atau sodium)dengan berlebihan, karena hipertensi akan terpacu untuk timbul.
Selain dalam garam dapur (NaCl) natrium terdapat dalam penyedap makanan(mono
sodium glutamate) dan soda kue. Usahakan tensi idak lebih dari 140/90
·
melakukan olahraga setiap hari yang bisa
dilakukan denan jalan kaki sekitar 3km/hari. Jangan berhenti berolahraga
·
berusaha tidur nyenyak minimal 6
jam/hari, agar tidak stress
·
berhenti minum alcohol. Alcohol sangat
mengurangi proses pembentukan glukosa dalam hati dan menghambat pembentukan
asam amino
·
melakukan control secara teratur,
terutama bila umur >40 tahun.
Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan pasien adalah dengan mengetahui indeks glikemik yang
merupakan kecepatan suatu makanan dalam meningkatkan kadar gula / glukosa
darah. Pengetahuan tentang IG bermanfaat dalam pengendalian kadar gula darah
yakni jika kadar glukosa dalam darah sedang tinggi dapat mengkonsumsi makanan
denga IG rendah dan ketika kadar glukosa darah rendah dpat mengkonsumsi makanan
IG tinggi.
Contohnya
IG Roti putih = 100, IG spagetti yg direbus 15 menit 67 dan spagetti yang
direbus 5meti 45 , IG wortel rebus 92, IG pisang 84, IG es cream 69.
2.11 Dampak Lanjut
Dampak lanjut jika penyakit ini tidak ditangani yaitu : 6
a.
Dalam Jangka Pendek
Beberapa
masalah yang akan timbul adalah :
-
Infeksi,
bila berhubungan dengan DM sering menjadi lebih berbahaya dibanding dengan orang normal, karena kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi menjadi lemah.
-
Hipoglikemia,
gejala hipoglikemia pada umumnya adalah sakit kepala, pusing, konsentrasi
menurun, tangan tremor dan berkeringat. Pingsan dapat terjadi bila glukosa
darah sangat menurun.
-
Diabetic
Ketoacidosis adalah keadaan yang serius, biasanya
disebabkan oleh kekurangan insulin yang membentuk produk samping dalam darah,
disebut benda-benda keton. Jenis ini terjadi pada penderita DM tipe 1 bila
kntrol glukosa darah tidak baik, dan dapa dipercepat keparahannya oleh infeksi
termasuk pasca perlakuan dokter gigi.
-
Sindrom
Hiperosmolar Hiperglikemik non Ketotik, merupakan kondisi
serius oleh sangat tingginya glukosa darah. Dehidrasi berat yang terjadi akan
menyebabkan koma bahkan kematian. Sindrom ini terjadi pada DM tipe 2 yang tidak
terkontrol dengan baik.
b.
Dalam Jangka Panjang
Semua
bentuk DM, mengarah pada kadar glukosa darah yang tinggi disebut Hiperglikemia.
Setelah melalui jangka waktu yang lama, hiperglikemia merusak organ-organ sebagai
berikut :
-
Retina,
disebut retinopati diabetic yang menuju pada kebutaan.
-
Ginjal,
disebut nefropati diabetic, berakibat pada gagal ginjal
-
Saraf,
disebut neuropati diabetic, penyebab luka pada kaki dan ulcus yang sering
menjadi penyebab dilakukannya amputasi kaki
-
Kerusakan pada saraf dalam sistem saraf
otonom yang mengarah pada paralisis lambung (gastroparesis), diare kronik, dan
ketidakmampuan mengontrol kecepatan detak jantung serta tekanan darah
-
Percepatan terjadinya atherosclerosis, atau pembentukan plak
lemak didalam arteri, sehingga terjadi thrombus/clot. Pembentukan clot
berakibat pada serangan jantung, stroke, dan penurunan sirkulasi darah dalam
lengan dan kaki
-
Predisposisi untuk tekanan darah yang
tinggi serta peningkatan kadar kolesterol dan trigeliserid
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pada penderita diabetes mellitus,
terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah dalam cairan gingival dan darah
merubah lingkungan mikroflora, menginduksi perubahan bakteri secara kualitatif.
Perubahan tersebut mengarah pada penyakit periodontal yang berat. Keadaan itu
terdapat pada penderta Diabetes mellitus dengan control buruk. Berkaitan dengan
jaringan periodontal, hiperglikemia kronik penderita diabetes mellitus akan
meningkatkan aktifitas kolagenase, dan menurunkan sintesis kolagen. Enzim
kolagenase menguraikan kolagen sehingga ligamen periodontal rusak dan pada
akhirnya gigi menjadi goyang.
Pada
makalah ini terjadi kegoyngan gigi didertai pembengkakan hanya pada satu
region, hal ini dikarenakan pengaruh factor local, seperti pengunyahan pada
satu sisi.
3.2
Saran
Untuk
perawatan penyakit periodontal manifestasi penyakit sistemik dalam hal ini
diabetes mellitus, yang paling utama diperhatikan mengenai kadar glukosa darah
penderita. Dimana apabila kadar glukosa darah dapat terkontrol maka akan dengan
sendirinya penyakit periodontal akan membaik namun penyebab dari faktor local
juga sangat berpengaruh dalam perawatan pada kasus tersebut.
11.
Widyastuti, Ratih. 2009. Periodontitis :
diagnosis dan perawatannya.Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG
UPDM.vol.6 no. 1.
22.
Birnbaum, Warren.et.al. 2010. Diagnosis
Kelainan dalam Mulut. Jakarta : EGC
33.
Suwandi, Trijani. 2010. Perawatan Awal
Penutupan Diastema Gigi Goyang pada Penderita Periodontitis Kronis Dewasa.
Vol.59. No.3. p.106
44.
Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi
Klinis. Yogyakarta : Quantum. p. 143
55.
Greenberg.et.al.Burket’s
Oral Medicine.ed11.BC decker inc.2008
66.
Jay, Tan Hoan. Rahardja, Kirana. 2008.
Obat-Obat Penting Kasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo
77.
Pratiwi. Diabetes melitus dan kerusakan
jaringan periodontal.jurnal PDGI.2006. Des(56):147-150
88.
Fragiskos DF, Oral
Surgery.ed11.Springe.Verlag Berlin Heidelberg.2007
99.
Praptiwi. PDGI; journal of the
Indonesian dental association. Tindakan dan peranserta dokter gigi dalam
pengendalian diabetes mellitus.vol.57. Jakarta 2007
No comments:
Post a Comment