Friday 18 October 2013

GIGI GOYANG DISERTAI PEMBENGKAKAN GUSI

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Defenisi
Gigi goyang adalah salah satu penyakit periodontal yang ditandai dengan hilangnya perlekatan secara vertical atau horizontal. Gusi bengkak adalah reaksi peradangan dari ginggiva oleh kolonisasi bakteri pada permukaan gigi dan invasi yang menyangkut mikroorganisme ke dalam sulkus gingiva.3
Kegoyangan gigi dibedakan menjadi :
·         Derajat 1         : Kegoyangan yang sedikit lebih besar daripada normal
·         Derajat 2         : Kegoyangan gigi sekitar dari 1 mm
·         Derajat 3         : Kegoyangan gigi lebih besar dari 1 mm pada segala arah dan atau gigi  dapat ditekan ke arah apikal. 4

2.2 Prosedur Penegakan Diagnosa
Untuk menegakkan diagnose suatu kasus maka diperlukan beberapa pemeriksaan. Hasil pemeriksaan yang terrdapat dalam scenario, yaitu : 4
a.        Pemeriksaan subjektif (anamnesa)
·         Andi Besse, 55 tahun
·         Gigi goyang disertai dengan pembengkakan pada gusi
·         Dialami 3 hari yang lalu
·         BB menurun lebih 15 kg
·         Badan lemah, meskipun nafsu makan baik
·         Sering buang air kecil dan haus
b.      Pemriksaan objektif
·         Intraoral    : gusi regio RB kanan bengkak disertai gigi 44, 45, 46, 47 goyang dan mudah berdarah bila disentuh
·         Ekstraoral  :pemeriksaan ekstraoral meliputi pemeriksaan kelenjar limfe,  kesemetrisan wajah, postur  tubuh. Hasil pemeriksaan ekstraoral tidak   dijelaskan dalam skenario. Namun kemungkinan penderita memiliki

c.       Pemeriksaan penunjang
      Dalam skenario tidak disebutkan hasil pemeriksaan penunjang. Namun dalam hal ini sangat diperlukan pemeriksaan ronsen foto panoramik untuk mengetahuai bagaimana perluasaan dari kerusakan jaringan periodontal pasien sehingga menyebabkan gigi goyang dan gusi bengkak. Pemeriksaan penunjang lain yang juga dibutuhkan pada kasus ini adalah tes laboratorium yaitu pemeriksaan darah dan urin. Pemerisaan darah  untuk memastikan pengaruh faktor sistemik.

2.3 Diagnosa
Berdasarkan  hasil pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, maka diagnose untuk kasus ini adalah periodontitis manifestasi penyakit sistemik, yaitu diabetes mellitus tipe 2. Diabetes Melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling sering diderita dan sering terjadi pada usia 40 tahun yang disebabkan karena menurunnya respon insulin terhadap organ atau disebut juga dengan insulin resisten Penyakit diabetes mellitus ini memiliki tanda dan gejala yang sama sesuai scenario, diantaranya :2,5,6
a.       Gejala khas
·         Poliuria (banyak berkemih)
·         Polidipsi (banyak minum)
·         Polifagia (banyak makan)
·         Keadaan umum lemah, kehilangan berat badan
b.      Manifestasi oral
·         Aliran saliva berkurang sehingga mulut kering
·         Kadang-kadang, mukosa mulut terasa nyeri bila ditekan atau terasa seperti terbakar
·         Penyakit periodontal semakin berat, kerusakan jaringan periodontal semakin cepat terjadi sehingga gigi goyang dan timbul rasa sakit
·         Pembengkakan gingiva, gusi dapat menjadi hipertrofik, mudah berdarah, terbentuk poket
·         Glositis
·         Kandiasis mulut
·         Frekuensi karies meningkat

c.       Gambaran radiografi
      Pemeriksaan radiografi yang digunakan adalah radiografi panoramik. Gambaran radiografi panoramik dari penderita diabetes mellitus adalah adanya gambaran radiolusensu yang menunjukkan destruksi tulang alveolar yang parah dan menyeluruh.

2.4 Faktor Resiko
      Berdasarkan diagnosa, faktor resikonya terbagi menjadi dua, yaitu :5
a.       Sistemik
Faktor sistemik yang berperan dalam skenario adalah penyakit sistemik yaitu diabetes mellitus tipe 2. Dimana diabetes mellitus tipe 2 dipengaruhi oleh keturunan atau genetik, kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, obesitas dan usia.
b.      Lokal
Faktor lokal yang mempengaruhi adalah plak dan kalkulus yang mengiritasi gingiva sehingga menyebabkan terjadinya inflamasi. Peradangan yang meluas ke jaringan periodontal lain yang berada di bawah gingiva menunjukkan terjadinya periodontitis. Periodontitis disebabkan oleh bakteri gram negatif anaerob.

2.5       Patomekanisme Gigi Goyang dan Gusi Bengkak berdasarkan Faktor
            Resiko Terjadinya
Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit endokrin yg timbul akibat kekurangan insulin relatif atau atau absolute. Pada DM terjadi defisiensi insulin menyebabkan hambatan transport asam amino kedalam sel serta hambatan pengabungan asam amino menjadi molekul protein. Sehingga terjadi penurunan sinteis protein dan sintesis albumin. Albumin yang brperan dalam menentukan tekanan osmotik plasma darah kira kira 75%-80% plasma manusia. Salah satu gejala terjadinya hypoalbuminemia yaitu terjadinya edema. Edema secara histologi ditandai dengan adanya pelebaran ruang antara komponen jaringan ikat akibat bertambahnya jumlah cairan. Yang kita ketahui bahwa didalam gingiva tersusun atas jaringan ikat juga.  Dalam jaringan ikat terdapat serat kolagen.  Terjadi penguraian serat kolagen oleh enzim kolagenase sehingga ligamentum periodontal rusak dan gigi menjadi goyah.
Hal yang mempengaruh pembengkakan dan kegoyangan gigi hanya terjadi pada satu regio dapat dipengaruh oleh kebiasaan seseorang mengunyah pada salah satu sisi sehingga self cleansing yakni saliva hanya bekerja maksimal pada sisi yang sering mengunyah . sehingga pada sisi yang jarang digunakakn dapat terbentuk plak dan kalkulus 7

2.6 Pengaruh Usia dan Kesehatan Mulut terhadap Gejala yang Dirasakan Pasien
Diketahui bahwa seseorang dengan gejala diabetes melitus yaitu polidipsi, poliuria , polifagia hal ini terkaitan dengan penyakit endokrin berkaitan dengan defisiensi insulin.. Diketahui pada Pangkalansusu terdapat 4 sel endokrin yakni , sel alfa yang memproduksi hormon glukagon, sel beta dengan banyak granula yang berdekatan membran selnya yg berisi insulin. Sel D memproduksi smatostatin dan sel PP memproduksi pankreas polypeptide
Ketika usia terus bertambah tua, terjadi proses penuaan akibat proses penuaan ya terjadi penyusutan  sel-sel beta yang progresif serta penumpukan amiloid di sekitarnya sel-sel beta tersebut masih dapat menskeresikan insulin tetapi semakin berkurang yang semestinya setiap hari menskeresikan 2mg= 50UI insulin tetapi karena terjadi penyusutan maka sekresi dibawah angka normal.6


2.7 Hal-Hal yang Perlu dilakukan Sebelum Melakukan Perawatan
Diabetes mellitus adalah sindrom yang ditandai oleh perubahan dari metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid dan disebabkan oleh kelainan sekresi dan efek insulin. Dokter gigi harus sangat berhati-hati sebelm melakukan operasi pada pasien diabetes, seperti:8
·         Screening Test
Tes glukosa darah terakhir sangat penting. Tes ini dapat dilakukan di tempat praktek sebelum operasi menggunakan glucometer. Mengambil Setetes darah kapiler dari ujung jari ditempatkan pada striptest setelah penusukan dengan perangkat lancing khusus, dan dalam 1 menit nilai numerik muncul pada layar.
·         Penjadwalan Waktu Operasi
Untuk menghindari risiko reaksi hipoglikemik (insulin shock), maka Perawatan sebaiknya dilakukan di pagi hari, 1-1,5 Jam setelah sarapan (perlu dicatat puncak insulin di sore hari). Dengan cara ini, pasien datang tempat praktek untuk beristirahat dan tanpa stres.
·         Diet
Pola makan pasien diabetes tidak boleh berubah sebelum atau setelah prosedur perawatan. Sebelum operasi, dan khususnya setelah itu, pasien sering melalaikan makan atau mereka tidak bisa karena rasa sakit dan perdarahan, dengan hipoglikemia yang dihasilkan.
·         Rekomendasi pascaoperasi
Pasien dengan diabetes terkontrol tidak memerlukan pra operasi atau antibiotik profilaksis pasca operasi. orang-orang harus diperlakukan dengan cara yang sama seperti pasien non-diabetes
·         Keberadaan Infeksi Sebelum Bedah
Semua infeksi Terutama pasien dengan demam dan bernanah, dengan merangsang pembebasan catecholamine dan glukagon  dianggap faktor risiko hiperglikemia dan harus dirawat secepat mungkin. Antibiotik diberikan dalam kasus abses dentoalveolar akut, prosedur insisi dan diikuti drainase.
·         Pemberian Anestesi lokal
Anestesi lokal harus diberikan dengan hati-hati, karena dari vasokonstriksi itu, konsentrasi yang harus minimal. Adrenalin, yang merupakan salah satu yang paling sering digunakan vasokonstriktor, menyebabkan glikogenolisis, sehingga berinteraksi dengan insulin. Noradrenalin memiliki efek glycogenolytic yang kurang dibandingkan dengan adrenalin, dan sehingga lebih digunakan pada penderita diabetes.
·         Pemberian Obat Lain
Analgesik ringan dan sedatif yang mengandung acetaminophen (Tylenol) digunakan. Kortikosteroid harus dihindari karena adanya Aksi glycogenolytic, seperti salisilat (aspirin), karena potensiasi aksi hipoglikemik dari tablet antidiabetic. Pemberian anxiolytic dianjurkan sore dan pagi sebelum prosedur bedah.
·         Dental Office Supplies
Untuk pengobatan darurat Situasi seperti hiperglikemia atau hipoglikemia,insulin, gula atau larutan glukosa, larutan garam, glukosa, dll harus tersedia di kantor gigi. Hipoglikemia diabetes yang paling penting, menyajikan ketika tingkat glukosa darah di bawah 55 mg/100 ml. Tampaknya cepat dan ditandai oleh rasa lapar, kesusahan, kelelahan, berkeringat, vertigo, gemetar, pucat, perasaan cemas, sakit kepala, kebingungan mental, paresthesia, diplopia dan visi kabur atau menurun, kejang dan gangguan neurologis. Kasus yang lebih parah, keringat yang berlebihan, hipertensi otot, kejang lokal atau umum, dan akhirnya, hilangnya kesadaran, koma, dan kematian yang diamati. Hiperglikemia diabetes berkembang perlahan-lahan, diamati lebih jarang dan kurang berbahaya daripada hipoglikemia. Hal ini ditandai dengan kelemahan, sakit kepala, mual, muntah, diare,  erostomia, dehidrasi, dyspnea, dan, akhirnya, lesu mengakibatkan koma



2.8 Perawatan
     Perawatan yang dapat dilakukan terbagi menjadi dua, yaitu :
a.       Perawatan sistemik
Perawatan sistemik ini meliputi : 5,6
·         Diet
Pokok pangkal penangan diabetes adalah makan dengan bijaksana. Semua pasien selalu harus mengawali diet dengan pembatasan kalori, terlebih-lebih pada pasien dengan overweigth (tipe-2). Makanan perlu dipilih secara seksama dengan memperhatikan pembatasan lemak total, lemak trans dan lemak jenuh untuk mencapai normalisasi kadar glukoa dan lipida darah.
·         Olahraga
Bila terdapat resistensi insulin, gerak badan secara teratur dapat menguranginya. Hasilnya insulin dapat dipergunakan secara lebih baik oleh sel tubuh dan dosisnya pada umumnya dapat diturunkan.
·         Obat-Obatan
Dengan dilakukan scalling dan perawatan akar gigi dikombinasikan dengan pengobatan doksisiklin sistemik selama dua minggu, penderita DM Tipe 1 (DM tergantung insulin), yang diperbaiki kesehatan periodontalnya akan membaik kontrol glikeminya.
Antidiabetica Oral
Antidiabetica oral kini dapat dibagi dalam enam kelompok besar, sebagai berikut :
-          Sulfonilurea antara lain: Tolbutamida, Chlorpropamida, Glibenklamida, Gliklazida, Glipizida, Glikidon, dan Glimepirida. Sulfoniurea menstimulasi sel-sel beta dari Langerhan, sehingga sekresi insulin ditingkatkan. Obat ini hanya efektif pada penderita DM tipe 2 yang tidak begitu berat, yang sel- sel betanya masih bekerja cukup baik.
-          Kalium-Channel blockers antara lain: Repaglinida dan Nateglinida. Senyawa ini sama mekanisme kerjanya dengan Sulfonilurea, hanya pengikatannya terjadi di tempat lain dan kerjanya lebih singkat.
-          Biguanida : Obat ini tidak menstimulasi pelepasan insulin dan tidak menurunkan gula darah pada orang sehat.Zat ini juga menekan nafsu makan.
-          Glukosidase terdiri dari : akarbose dan miglitol.
Zat – zat ini bekerja atas dasar persaingan merintangi enzim alfa glukosidase di mukosa duodenum sehingga reaksi penguraian polisakarida menjadi monosakarida menjadi terhambat. Dengan demikian, glukosa dilepaskan lebih lambat dan absorpsinya ke dalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga puncak kadar gula darah dihindarkan.  Bila terapi kombinasi ini belum juga menghasilkan efek pada dasarnya perlu ditambahkan insulin atau diganti seluruhnya dengan insulin.

b.      Perawatan dental
Dapat dilakukan dalam beberapa dengan beberapa tahap perawatan , yaitu: 1
-          Perawatan bedah untuk menghilangkan inflamasi dan memperbaiki defek jaringan.
-          Scalling dan root planning untuk menghilangkan plak dan kalkulus subgingiva. Tujuan utama tindakan ini adalah untuk memperbaiki kesehatan gingiva dengan cara menghilangkan faktor yang menimbulkan keradangan dari permukaan gigi.
-          Perawatan periodontal untuk merangsang terjadinya regenerasi jaringan dapat dilakukan dengan cara pembersihan defek dengan kuretase saja, atau disertai bone grafting dan guided tissue regeneration yang dilakukan secara bedah.
-          Pada kasus yang disertai dengan banyaknya tulang alveolar yang hilang, maka dapat dilakukan bone grafting atau dengan menggunakan bahan Guided Tissue Regeneration (GTR). Tujuan dari bone grafting adalah mengurangi kedalaman poket periodontal, peningkatan pelekatan secara klinik, pengisian tulang di daerah defek dan regenerasi dari tulang baru.
-          Stabilisasi kegoyangan gigi.
Stabilisasi kegoyangan gigi yang dilakukan adaah splinting. Splinting sementara untuk stabilisasi gigi goyang sebelum dan selama terapi periodontal dengan tujuan untuk mengurangi trauma pada waktu perawatan dan mempercepat proses penyembuhan. Splint semi permanen dan permanen dapat digunakan pada gigi dengan kegoyangan berat yang dapat mengganggu pengunyahan setelah terapi periodontal. Splint ini digunakan sebelum, selama dan sesudah terapi periodontal.
Perawatan yang dilakukan tetap harus mempertimbangkan kadar glukosa darah pasien diabetes ini karena nanti dapat berpengaruhi penyembuhan yakni dalam pembekuan darah.

2.9 Prognosis
      Prognosis baik unuk diabetes mellitus yang terkontrol dan oral hygien yang baik. Porgnosis buruk untuk diabetes yang tidak terkontrol yang akan menyebabkan komplikasi antara lain sindrom hiperosmolar hiperhlikemik non ketotik , retinopati, nefropati diabetik, neuropatik diabetic, percepatan terjadinya artherosklerosis serta terjadi kerusakankolagen yang berdampak pada goyah gigi akibat kehilangan hubungan prosesus alveolaris.7

2.10 Pencegahan
       Pencegahan untuk pasien penderita periodontitis manifestasi diabetes mellitus yaitu : 9
·         membatasi penggunaan makanan yang terlalu manis. Penggunaan alcohol (bukan alcohol yang bearti substansi yang memabokkan) seperti sorbitol, mannitol, disamping berguna untuk mencegah karies gigi juga menimbulkan respon glikemik rendah. Makanan yang mengandung sorbitol terbatas di konsumsi sampai dengan 5 gram, atau senilai dengan 20 kalori dalam sehari
·         membatasi konsumsi sumber lemak, antara lain dengan tidak sering makan direstoran, karena lemak mengakibatkan atherosclerosis. Perlu juga dikurangi makan telur, keju, kepiting, udang, kerang, cumi, susu dan santan karena banyak mengandung kolesterol. Kelebihan lemak dan kolesterol dapat memperberat DM
·         membudayakan makan sayur dan buah setiap hari. Agar dibatasi konsumsi wortel mengingat kandungan gula di dalamnya. Konsumsi sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral, juga serat dan air, berpotensi membersihkan permukaan gigi secara mekanis, sehingga mengurangi penimbunan bakteri pada permukaan gigi.
·         mencegah kegemukan/obesitas. Usahakan agar indeks massa tubuh (IMT) <25. IMT = berat badan (kg)/ tinggi badan (m)
·         berhenti merokok. Kebiasaan merokok akan memperberat DM dengan akibat kematian premature
·         mencegah mengkonsumsi garam (natrium=Na atau sodium)dengan berlebihan, karena hipertensi akan terpacu untuk timbul. Selain dalam garam dapur (NaCl) natrium terdapat dalam penyedap makanan(mono sodium glutamate) dan soda kue. Usahakan tensi idak lebih dari 140/90
·         melakukan olahraga setiap hari yang bisa dilakukan denan jalan kaki sekitar 3km/hari. Jangan berhenti berolahraga
·         berusaha tidur nyenyak minimal 6 jam/hari, agar tidak stress
·         berhenti minum alcohol. Alcohol sangat mengurangi proses pembentukan glukosa dalam hati dan menghambat pembentukan asam amino
·         melakukan control secara teratur, terutama bila umur >40 tahun.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan pasien adalah dengan mengetahui indeks glikemik yang merupakan kecepatan suatu makanan dalam meningkatkan kadar gula / glukosa darah. Pengetahuan tentang IG bermanfaat dalam pengendalian kadar gula darah yakni jika kadar glukosa dalam darah sedang tinggi dapat mengkonsumsi makanan denga IG rendah dan ketika kadar glukosa darah rendah dpat mengkonsumsi makanan IG tinggi.
Contohnya IG Roti putih = 100, IG spagetti yg direbus 15 menit 67 dan spagetti yang direbus 5meti 45 , IG wortel rebus 92, IG pisang 84, IG es cream 69.

2.11 Dampak Lanjut
Dampak lanjut jika penyakit ini tidak ditangani yaitu : 6
a.       Dalam Jangka Pendek
Beberapa masalah yang akan timbul adalah :
-          Infeksi, bila berhubungan dengan DM sering menjadi lebih berbahaya dibanding  dengan orang normal, karena kemampuan tubuh untuk melawan infeksi menjadi lemah.
-          Hipoglikemia, gejala hipoglikemia pada umumnya adalah sakit kepala, pusing, konsentrasi menurun, tangan tremor dan berkeringat. Pingsan dapat terjadi bila glukosa darah sangat menurun.
-          Diabetic Ketoacidosis adalah keadaan yang serius, biasanya disebabkan oleh kekurangan insulin yang membentuk produk samping dalam darah, disebut benda-benda keton. Jenis ini terjadi pada penderita DM tipe 1 bila kntrol glukosa darah tidak baik, dan dapa dipercepat keparahannya oleh infeksi termasuk pasca perlakuan dokter gigi.
-          Sindrom Hiperosmolar Hiperglikemik non Ketotik, merupakan kondisi serius oleh sangat tingginya glukosa darah. Dehidrasi berat yang terjadi akan menyebabkan koma bahkan kematian. Sindrom ini terjadi pada DM tipe 2 yang tidak terkontrol dengan baik.
b.      Dalam Jangka Panjang
Semua bentuk DM, mengarah pada kadar glukosa darah yang tinggi disebut Hiperglikemia. Setelah melalui jangka waktu yang lama, hiperglikemia merusak organ-organ sebagai berikut :
-          Retina, disebut retinopati diabetic yang menuju pada kebutaan.
-          Ginjal, disebut nefropati diabetic, berakibat pada gagal ginjal
-          Saraf, disebut neuropati diabetic, penyebab luka pada kaki dan ulcus yang sering menjadi penyebab dilakukannya amputasi kaki
-          Kerusakan pada saraf dalam sistem saraf otonom yang mengarah pada paralisis lambung (gastroparesis), diare kronik, dan ketidakmampuan mengontrol kecepatan detak jantung serta tekanan darah
-          Percepatan terjadinya atherosclerosis, atau pembentukan plak lemak didalam arteri, sehingga terjadi thrombus/clot. Pembentukan clot berakibat pada serangan jantung, stroke, dan penurunan sirkulasi darah dalam lengan dan kaki
-          Predisposisi untuk tekanan darah yang tinggi serta peningkatan kadar kolesterol dan trigeliserid


















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pada penderita diabetes mellitus, terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah dalam cairan gingival dan darah merubah lingkungan mikroflora, menginduksi perubahan bakteri secara kualitatif. Perubahan tersebut mengarah pada penyakit periodontal yang berat. Keadaan itu terdapat pada penderta Diabetes mellitus dengan control buruk. Berkaitan dengan jaringan periodontal, hiperglikemia kronik penderita diabetes mellitus akan meningkatkan aktifitas kolagenase, dan menurunkan sintesis kolagen. Enzim kolagenase menguraikan kolagen sehingga ligamen periodontal rusak dan pada akhirnya gigi menjadi goyang.
            Pada makalah ini terjadi kegoyngan gigi didertai pembengkakan hanya pada satu region, hal ini dikarenakan pengaruh factor local, seperti pengunyahan pada satu sisi.

3.2 Saran
Untuk perawatan penyakit periodontal manifestasi penyakit sistemik dalam hal ini diabetes mellitus, yang paling utama diperhatikan mengenai kadar glukosa darah penderita. Dimana apabila kadar glukosa darah dapat terkontrol maka akan dengan sendirinya penyakit periodontal akan membaik namun penyebab dari faktor local juga sangat berpengaruh dalam perawatan pada kasus tersebut.




>DAFTAR PUSTAKA


11.      Widyastuti, Ratih. 2009. Periodontitis : diagnosis dan perawatannya.Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM.vol.6 no. 1.
22.      Birnbaum, Warren.et.al. 2010. Diagnosis Kelainan dalam Mulut. Jakarta : EGC
33.      Suwandi, Trijani. 2010. Perawatan Awal Penutupan Diastema Gigi Goyang pada Penderita Periodontitis Kronis Dewasa. Vol.59. No.3. p.106
44.      Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta : Quantum. p. 143
55.      Greenberg.et.al.Burket’s Oral Medicine.ed11.BC decker inc.2008
66.      Jay, Tan Hoan. Rahardja, Kirana. 2008. Obat-Obat Penting Kasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
77.      Pratiwi. Diabetes melitus dan kerusakan jaringan periodontal.jurnal PDGI.2006. Des(56):147-150
88.      Fragiskos DF, Oral Surgery.ed11.Springe.Verlag Berlin Heidelberg.2007


99.      Praptiwi. PDGI; journal of the Indonesian dental association. Tindakan dan peranserta dokter gigi dalam pengendalian diabetes mellitus.vol.57. Jakarta 2007 

No comments:

Post a Comment